Selasa, 02 Januari 2018

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH ACARA V. STRUKTUR DAN TIPE KECAMBAH

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
ACARA V. STRUKTUR DAN TIPE KECAMBAH




Oleh
Nama            : Ansoril Ihsan
NIM              : C1M015016
KelompoK    : 3



FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017



ACARA V. STRUKTUR DAN TYPE KECAMBAH
A.  Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui struktur kecambah dan dapat membedakan tipe-tipe perkecambahan beberapa jenis tanaman serta dapat mengamati perubahan dalam fase-fase perkembangan benih.
B.  Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, tanggal 13 November 2017 pukul 09.30 sampai 10.30 WITA. Bertempat di Laboraturium Pemuliaan dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
C.  Tinjauan Pustaka
Perkecambahan didefinisikan sebagai proses awal munculnya pertumbuhan aktif yang ditandai dengan pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Amen, dalam Franklin 1991: 291). Semai ditandai dengan adanya tumbuhan kecil dalam kotiledon yang merupakan hasil dari perkecambahan. Hasil perubahan embrio saat perkecambahan adalah tumbuh dan berkembangnya menjadi batang dan radikula menjadi batang (Hariman, 2003).
Menurut Sutopo (2002: 21) terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman, yaitu: Tipe Epigeal (Epigeous) merupakan proses perkecambahan yang ditandai dengan munculnya radikula yang diikuti dengan pemanjangan hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Contohnya Perkecambahan Kedelai (Glycine max), Tomat (Lycopersicum esculentum.) Tipe Hipogeal (Hypogeous) merupakan proses perkecambahan yang ditandai dengan munculnya radikula yang diikuti dengan dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah tanah. Contohnya perkecambahan Palem (Palmae sp.),  Jagung (Zea mays).
Proses perkecambahan benih perubahan-perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia secara kompleks. Tahapan-tahapan dari proses perkecambahan menurut Sutopo (2002: 22) yaitu:
Proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih merupakan tahap di mana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditraslokasikan ke titik-titik tumbuh. Terjadinya proses asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.  Pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa. Oleh sebab itu pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang  ada dalam biji.


D.  Alat dan Bahan Praktikum
Alat yang digunakan:
-          sprayer
-          Bak plastik
-          Cawan petridish
Bahan yang digunakan:
-          Pasir
-          Benih tanaman jagung
-          Benih tanaman kacang hijau
-          Benih tanaman kacang tunggak
-          Air
E.  Langkah-langkah Praktikum
a.       Bak persemaian diisi pasir sampai ¾ tinggi bak, kemudian disiram air sampai lembab (tidak tergenang)
b.      Benih tanaman ditanam pada bak-bak yang sudah di sediakan
c.       Benih tanaman ditanam tersebut ditutup dengan pasir, kedalaman tanaman jangan terlalu dalam atau terlalu dangkal
d.      Perawatan dilakukan setiap hari
Pengamatan :
-          Pengamatan dilakukan setiap hari, selama tujuh hari dimulai dari 1 hari (1X24 jam) setelah penanaman
-          Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mencabut benih yang sudah berkecambah dengan hati-hati dan jaga jangan sampai rusak
-          Parameter pengamatan pada tiap perkecambahan benih adalah (1) panjang akar dan panjang tunas (2) jumlah benih berkecambah (3) gambar fase-fase perkecambahan benih mulai saat tanam sampai hari ke-7
F.   Hasil Pengamatan
Table hasil pengamatan tanaman jagung
Hari Pengamatan
Panjang Radikula (cm)
Panjang Plumula (cm)
Jumlah Berkecambah (cm)
1
0
0
0
2
2,1
0
13
3
5,87
1,57
6
4
6,47
3
4
5
12,5
5,27
1
6
10,33
6,77
0
7
13,8
5,87
0

Kurva hasil pengamatan tanaman jagung
G. Pembahasan
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman yang masuk dalam jenis tumbuhan berkeping biji satu (monocotyledonae). Secara umum struktur yang peratama kali keluar pada perkecambahan adalah radukula dan plumula. Radikula merupakan bakal calon akar yang tumbuh selama masa perkecambahan. Radikula berfungsinya sebagai bagian tanaman yang akan berkembang menjadi akar tanaman yang akan menyokong dan menyuplai bahan-bahan makanan untuk diproses pada bagian tanaman lainnya. Selanjutnya diikuti oleh munculnya plumula, yaitu bakal calon batang yang tumbuh selama masa perkecambahan dan berfungsi sebagai bagian tanaman yang akan mengalami perkembangan ke atas untuk membentuk batang dan daun.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 7 hari, dapat diketahui diketahui bahwa adanya pertambahan panjang radikula pada masing-masing tanaman, sedangkan pada plumula tidak terjadi pertambahan panjang. Pada hari pertama dan kedua benih jagung belum mengalami perkecambahan karena masa dormansi. Pada hari ke tiga dan seterusnya radikula masing-masing tanaman mengalami pertambahan panjang, karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan waktu. Sedangkan plumula dari hari ke tiga dan seterusnya tidak mengalami pertambahan panjang, hal ini disebabkan oleh tanaman yang diamati berbeda-beda setiap kali pengamatan dan pertumbuhan antar tanaman tidak seragam. Ketidak seragaman ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain benih yang digunakan adalah bukan benih unggul dan  kelembaban media tanam rendah karena penyiraman yang tidak rutin.
Pada proses perkecambahan tardapat 3 fase yaitu: Fase I disebut juga dengan fase imbibisi, dalam fase ini air diserap oleh benih, baik benih dorman maupun non dorman, benih viabel maupun non viabel. Proses ini berlangsung karena adanya perbedaan potensial air antara benih dengan air yang sangat besar. Potensial air pada benih kering dapat mencapai –1000 bar, sementara pada air 0 bar. Fase II atau lag phase adalah periode mulai aktifnya metabolisme sebagai persiapan untuk perkecambahan pada benih non dorman. Sementara pengaktifan metabolisme tidak terjadi pada benih mati. Fase III atau fase pertumbuhan hanya terjadi pada benih non dorman yang viabel, ditandai dengan munculnya akar dan diikuti dengan proses pembelahan sel yang ekstensif, peningkatan laju penyerapan air dan perombakan cadangan makanan.
Berdasarkan posisi kotiledon pada kecambah, tipe perkecambahan dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hypogeal. Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah).  Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio (Campbell et al., 2000: 365). 
Sedangkan perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji.  Kotiledon tetap berada di dalam tanah.  Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan embrio (Campbell et al.2000: 366). 

H.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.    Struktur kecambah pada umumnya adalah tumbuhnya radikula sebagai calon akar dan plumula sebagai calon batang.
2.    Berdasarkan posisi kotiledonnya pada saat berkecambah, terdapat dua tipe perkecambahan, yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal.
3.    Ada 3 fase pada proses perkecambahan. Fase I disebut juga dengan fase imbibisi fase II atau lag phase, fase III atau fase pertumbuhan.


4.     
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar