LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
ACARA V. STRUKTUR DAN TIPE KECAMBAH
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
ACARA V. STRUKTUR DAN TIPE KECAMBAH
Oleh
Nama : Ansoril Ihsan
NIM :
C1M015016
KelompoK : 3
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
UNIVERSITAS MATARAM
2017
ACARA V.
STRUKTUR DAN TYPE KECAMBAH
A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa
dapat mengetahui struktur kecambah dan dapat membedakan tipe-tipe perkecambahan
beberapa jenis tanaman serta dapat mengamati perubahan dalam fase-fase
perkembangan benih.
B. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari senin, tanggal 13 November 2017 pukul 09.30 sampai
10.30 WITA. Bertempat di Laboraturium Pemuliaan dan Teknologi Benih, Fakultas
Pertanian, Universitas Mataram.
C. Tinjauan Pustaka
Perkecambahan
didefinisikan sebagai proses awal munculnya pertumbuhan aktif yang ditandai
dengan pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Amen, dalam Franklin 1991:
291). Semai ditandai dengan adanya tumbuhan kecil dalam kotiledon yang
merupakan hasil dari perkecambahan. Hasil perubahan embrio saat perkecambahan
adalah tumbuh dan berkembangnya menjadi batang dan radikula menjadi batang
(Hariman, 2003).
Menurut Sutopo (2002:
21) terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman, yaitu: Tipe
Epigeal (Epigeous) merupakan proses perkecambahan yang ditandai dengan
munculnya radikula yang diikuti dengan pemanjangan hipokotil secara keseluruhan
dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Contohnya
Perkecambahan Kedelai (Glycine max), Tomat (Lycopersicum esculentum.) Tipe
Hipogeal (Hypogeous) merupakan proses perkecambahan yang ditandai dengan
munculnya radikula yang diikuti dengan dengan pemanjangan plumula, hipokotil
tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di
dalam kulit biji di bawah tanah. Contohnya perkecambahan Palem (Palmae sp.), Jagung (Zea mays).
Proses perkecambahan
benih perubahan-perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia secara kompleks.
Tahapan-tahapan dari proses perkecambahan menurut Sutopo (2002: 22) yaitu:
Proses penyerapan air
oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Dimulai dengan
kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih
merupakan tahap di mana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat,
lemak, protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditraslokasikan ke titik-titik
tumbuh. Terjadinya proses asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi
di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan
komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.
Pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan
pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara daun belum dapat berfungsi
sebagai organ untuk fotosintesa. Oleh sebab itu pertumbuhan kecambah sangat
tergantung pada persediaan makanan yang
ada dalam biji.
D. Alat dan Bahan Praktikum
Alat
yang digunakan:
-
sprayer
-
Bak plastik
-
Cawan petridish
Bahan
yang digunakan:
-
Pasir
-
Benih tanaman jagung
-
Benih tanaman kacang hijau
-
Benih tanaman kacang tunggak
-
Air
E. Langkah-langkah Praktikum
a. Bak
persemaian diisi pasir sampai ¾ tinggi bak, kemudian disiram air sampai lembab
(tidak tergenang)
b. Benih
tanaman ditanam pada bak-bak yang sudah di sediakan
c. Benih
tanaman ditanam tersebut ditutup dengan pasir, kedalaman tanaman jangan terlalu
dalam atau terlalu dangkal
d. Perawatan
dilakukan setiap hari
Pengamatan
:
-
Pengamatan dilakukan setiap hari, selama
tujuh hari dimulai dari 1 hari (1X24 jam) setelah penanaman
-
Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan
mencabut benih yang sudah berkecambah dengan hati-hati dan jaga jangan sampai
rusak
-
Parameter pengamatan pada tiap
perkecambahan benih adalah (1) panjang akar dan panjang tunas (2) jumlah benih
berkecambah (3) gambar fase-fase perkecambahan benih mulai saat tanam sampai
hari ke-7
F.
Hasil
Pengamatan
Table
hasil pengamatan tanaman jagung
Hari
Pengamatan
|
Panjang
Radikula (cm)
|
Panjang
Plumula (cm)
|
Jumlah
Berkecambah (cm)
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
2,1
|
0
|
13
|
3
|
5,87
|
1,57
|
6
|
4
|
6,47
|
3
|
4
|
5
|
12,5
|
5,27
|
1
|
6
|
10,33
|
6,77
|
0
|
7
|
13,8
|
5,87
|
0
|
Kurva
hasil pengamatan tanaman jagung
G. Pembahasan
Jagung
(Zea mays) merupakan salah satu
tanaman yang masuk dalam jenis tumbuhan berkeping biji satu (monocotyledonae).
Secara umum struktur yang peratama kali keluar pada perkecambahan adalah
radukula dan plumula. Radikula merupakan bakal calon akar yang tumbuh selama
masa perkecambahan. Radikula berfungsinya sebagai bagian tanaman yang akan
berkembang menjadi akar tanaman yang akan menyokong dan menyuplai bahan-bahan
makanan untuk diproses pada bagian tanaman lainnya. Selanjutnya diikuti oleh
munculnya plumula, yaitu bakal calon batang yang tumbuh selama masa
perkecambahan dan berfungsi sebagai bagian tanaman yang akan mengalami
perkembangan ke atas untuk membentuk batang dan daun.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan selama 7 hari, dapat diketahui diketahui bahwa
adanya pertambahan panjang radikula pada masing-masing tanaman, sedangkan pada
plumula tidak terjadi pertambahan panjang. Pada hari pertama dan kedua benih jagung
belum mengalami perkecambahan karena masa dormansi. Pada hari ke tiga dan
seterusnya radikula masing-masing tanaman mengalami pertambahan panjang, karena
terjadi pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan waktu. Sedangkan plumula
dari hari ke tiga dan seterusnya tidak mengalami pertambahan panjang, hal ini
disebabkan oleh tanaman yang diamati berbeda-beda setiap kali pengamatan dan
pertumbuhan antar tanaman tidak seragam. Ketidak seragaman ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain benih yang digunakan adalah bukan benih unggul
dan kelembaban media tanam rendah karena
penyiraman yang tidak rutin.
Pada proses
perkecambahan tardapat 3 fase yaitu: Fase I disebut juga dengan fase imbibisi,
dalam fase ini air diserap oleh benih, baik benih dorman maupun non dorman,
benih viabel maupun non viabel. Proses ini berlangsung karena adanya perbedaan
potensial air antara benih dengan air yang sangat besar. Potensial air pada
benih kering dapat mencapai –1000 bar, sementara pada air 0 bar. Fase II atau
lag phase adalah periode mulai aktifnya metabolisme sebagai persiapan untuk
perkecambahan pada benih non dorman. Sementara pengaktifan metabolisme tidak
terjadi pada benih mati. Fase III atau fase pertumbuhan hanya terjadi pada
benih non dorman yang viabel, ditandai dengan munculnya akar dan diikuti dengan
proses pembelahan sel yang ekstensif, peningkatan laju penyerapan air dan
perombakan cadangan makanan.
Berdasarkan posisi
kotiledon pada kecambah, tipe perkecambahan dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu perkecambahan
epigeal dan perkecambahan hypogeal. Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan
hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke
atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat
melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah
kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang
muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan
tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan
cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat
kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian
kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan
oleh embrio (Campbell et al., 2000: 365).
Sedangkan perkecambahan
hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke
permukaan tanah menembus kulit biji.
Kotiledon tetap berada di dalam tanah.
Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis,
kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan embrio (Campbell et al.2000:
366).
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Struktur
kecambah pada umumnya adalah tumbuhnya radikula sebagai calon akar dan plumula
sebagai calon batang.
2. Berdasarkan
posisi kotiledonnya pada saat berkecambah, terdapat dua tipe perkecambahan,
yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal.
3.
Ada 3 fase pada proses perkecambahan.
Fase I disebut juga dengan fase imbibisi fase II atau lag phase, fase III atau
fase pertumbuhan.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar