LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
ACARA IX. PRODUKSI BENIH TOMAT
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
ACARA IX. PRODUKSI BENIH TOMAT
Oleh
Nama : Ansoril Ihsan
NIM :
C1M015016
KelompoK : 3
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
UNIVERSITAS MATARAM
2017
ACARA IX. PRODUKSI
BENIH TOMAT
A.
Tujuan Praktikum
Untuk
mengetahui teknik produksi benih tomat dan pengujian viabilitas benih tomat
pada berbagai kematangan buah tomat.
B.
Pelaksanaan Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari senin, tanggal 13 November 2017 pukul 09.30 sampai
10.30 WITA. Bertempat di Laboraturium Pemuliaan dan Teknologi Benih, Fakultas
Pertanian, Universitas Mataram.
C. Tinjauan Pustaka
Penyiapan
bibit tomat bermutu tinggi sangat strategis dalam upaya
mendukung peningkatan produksi tomat. Mutu benih terdiri atas mutu fisik, mutu
fisiologis, mutu genetik, dan mutu kesehatan. Menurut Raka dkk., (2012) mutu
fisik, fisiologis, dan genetik telah mendapat perhatian dalam program
pengembangan perbenihan, namun teknologi pengembangan terkait kesehatan
benih belum banyak mendapat perhatian.
mendukung peningkatan produksi tomat. Mutu benih terdiri atas mutu fisik, mutu
fisiologis, mutu genetik, dan mutu kesehatan. Menurut Raka dkk., (2012) mutu
fisik, fisiologis, dan genetik telah mendapat perhatian dalam program
pengembangan perbenihan, namun teknologi pengembangan terkait kesehatan
benih belum banyak mendapat perhatian.
Pengadaan benih tomat
dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan membeli benih yang siap semai
atau dengan membuat benih sendiri. Apabila pengadaan benih tomat dilakukan
dengan cara membeli, hendaknya membeli di toko pertanian yang terpercaya
menyediakan benih yang bermutu dan bersertifikat. Pengadaan benih yang
dilakukan dengan membuat sendiri adalah sebagai berikut: 1) Pilih buah tomat
dari tanaman tomat yang petumbuhannya dan produksinya yang bermutu baik. Buah
yang dipilih adalah buah tomat yang telah masak dan tua dan masak di pohon.
Buah sehat dan tidak terserang hama ataupun penyakit. 2) Buat setelah dipetik
dibiarkan sampai merekah dan berair (2 - 3 hari). 3) Biji-biji diambil setelah
buah tomat merekah dan cucilah dengan air bersih, kemudian dikeringkan sehingga
kadar airnya paling tinggi 12%. Biji-biji tomat yang telah dikeringkan dapat
langsung disemaikan atau disimpan terlebih dahulu dalam wadah, misalnya kaleng
atau botol kering sambil menunggu saatnya untuk disemaikan (Wartapa dkk, 2009).
Benih dari beberapa
jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair memerlukan metode
ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat
dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi
dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet ekstraction) yang dapat dilakukan
secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang
menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum
dikeringkan. Banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan salah
satunya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam cairan buah yang melapisi biji
tomat dan ketimun(Coppelad,1980).
Pengeringan benih
dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara
luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya.Benih bersifat
hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam ruangan dengan RH rendah,
maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun
sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka kadar air
benih akan bertambah atau meningkat.Selain bersifat hygroskopis,benih juga
selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi
disekitarnya.Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam
benih kepermukaan benih, dan kemudian air yang berada dipermukaan benih
tersebut akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi
hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya
tercapai..Pengeringan seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap
pengolahan benih terutama kalau musim penghujan(Welles,1990).
D. Alat dan Bahan
1.
Bahan Praktikum
a.
Abu gosok.
b.
Air..
c.
Buah tomat (Solanum
lycopersicum) : buah tomat muda, buah tomat masak, dan
buah tomat kelewat masak.
2.
Alat Praktikum
a. Cawan
petridish.
b. Gelas
beaker.
c. Nampan.
d. Pisau.
e. Saringan
teh.
f. Timbangan
neraca ohauss.
E.
Langkah Kerja
1.
Dipilih buah tomat berdasarkan kriteria
kemasakan masing- masing 3 buah setiap tingkat kemasakan.
-
Buah tomat yang belum masak (belum merah)
-
Sudah masak (merah)
-
Buah kelewat matang (hampir busuk)
2.
Dipotong melintang buah tersebut, kemudian
dikeluarkan biji dengan lapisan beningnya ke dalam wadah yang disediakan.
3.
Dipisahkan biji dari kulit dan bagian buah
yang terbawa. Kemudian dimasukkan kedalam cawan petri.
4.
Dicampur biji tomat dengan abu gosok
menggunakan tangan, kemudian dibilas dengan air.
5.
Disaring biji tomat menggunakan saring teh,
kemudian dikering anginkan biji tersebut diatas koran untuk ditimbang berat
basahnya.
6.
Disimpan benih dalam kertas Koran atau
kemasan di tempat yang kering..
7.
Digunakan benih tersebut pada uji viabilitas
benih.
·
Uji Viabilitas Benih :
1.
Ditimbang benih tomat untuk ditimbang berat
keringnya.
2.
Ditanam benih tomat pada nampan yang telah
berisi tanah (bekas tanaman jagung acara 5).
3.
Dilakukan pengujian selama 7 hari, dipelihara
kelembaban sampai pengujian selesai.
4.
Diamati persentase jumlah kecambah selama
pengujian, kecepatan berkecambah, persentase jumlah benih yang berkecambah
normal, persentase jumlah benih yang berkecambah abnormal, dan persentase
jumlah benih yang berkecambah mati.
F.
Hail Pengamatan
Tabel
1. Hasil Pengamatan Berat Basah dan Kering Pada Tingkat Kemasakan Buah Tomat
Tigkat Kemasakan
|
Berat Basah
|
Berat Kering
|
Muda
|
1,88 gr
|
0,88 gr
|
Matang
|
1,44 gr
|
0,65 gr
|
Kelewat Matang
|
0,96 gr
|
0,40 gr
|
Tabel 2. Hasil Pengamatan Persentase Kecepatan Berkecambah Pada
Berbagai Tingkat Kemasakan Buah Tomat
Tingkat Kemasakan
|
Ulangan
|
||
1
|
2
|
3
|
|
Muda
|
76%
|
96%
|
70%
|
Matang
|
84%
|
98%
|
92%
|
Kelewat Matang
|
94%
|
84%
|
70%
|
Analisis Data Persentase Kecepatan berkecambah
a. Benih
Muda : - Ulangan 1 =
=
=
=
-
Ulangan 2 =
=
=
=
- Ulangan 3 =
=
= 0,
=
b. Benih
Matang : - Ulangan 1 =
=
=
=
-
Ulangan 2 =
=
=
=
- Ulangan 3 =
=
=
=
c. Kelewat
Matang : - Ulangan 1 =
=
=
=
- Ulangan 2 =
=
=
=
- Ulangan 3 =
=
=
=
Tabel 3. Hasil Pengamatan Persesntase Jumlah Benih Berkecambah
Normal dan Mati Pada Berbagai Tingkat Kemasakan Buah
Tingkat Kemasakan
|
Ulangan
|
Normal
|
Mati
|
Muda
|
1
|
76%
|
24%
|
2
|
96%
|
4%
|
|
3
|
40%
|
60%
|
|
Matang
|
1
|
84%
|
16%
|
2
|
98%
|
2%
|
|
3
|
92%
|
8%
|
|
Kelewat Matang
|
1
|
70%
|
30%
|
2
|
84%
|
16%
|
|
3
|
96%
|
4%
|
Analisis Data Persentase Kecambah Normal dan Mati
1. Muda : - Kecambah Normal
a.
Ulangan 1 =
=
=
0,76
=
76%
b.
Ulangan 2 =
=
=
0,96
=
96%
c.
Ulangan 3 =
=
=
0,4
=
40%
- Kecambah Mati
a.
Ulangan 1 =
=
=
0,24
=
24%
b.
Ulangan 2 =
=
=
0,04
=
4%
c.
Ulangan 3 =
=
=
0,6
=
60%
2. Matang : - Kecambah Normal
a.
Ulangan 1 =
=
=
0,84
=
84%
b.
Ulangan 2 =
=
=
0,98
=
98%
c.
Ulangan 3 =
=
=
0,92
=
92%
- Kecambah Mati
a.
Ulangan 1 =
=
=
0,16
=
16%
b.
Ulangan 2 =
=
=
0,02
=
2%
c.
Ulangan 3 =
=
=
0,08
=
8%
3. Kelewat Matang : - Kecambah Normal
a.
Ulangan 1 =
=
=
0,7
=
70%
b.
Ulangan 2 =
=
=
0,84
=
84%
c.
Ulangan 3 =
=
=
0,96
=
96%
- Kecambah Mati
a.
Ulangan 1 =
=
=
0,3
=
30%
b.
Ulangan 2 =
=
=
0,16
=
16%
c.
Ulangan 3 =
=
=
0,06
=
6%
G. Pembahasan
Berdasarkan
Praktikum
yang telah dilakukan, dapat dibahas bahwa dalam pengujian produksi benih dapat meliputi viabilitas benih itu sendiri yang di
pengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain ketersediaan air, suhu
media dan penyimpanan, kesterilisasian media dan faktor mikroorganisme yang dapat mempengaruhi perkecambahan
benih. Selain itu uji
viabilitas benih dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan,
salah satunya yaitu pendekatan
secara fisiologi
(pendekatan /
pengamatan yang dilakukan berdasarkan struktur benih).
Dalam
pengujian viabilitas
benih, kita dapat mengetahui tipe perkecambahan benih itu sendiri. Tipe perkecambahan ada 2 yaitu tipe perkecambahan epigel (Tipe
perkecambahan dimana plumula dan kotiledon terangkat keatas permukaan tanah)
dan tipe perkecambahan hypogeal (tipe perkecambahan dimana plumula
memanjang san kotiledon tetap dibawah tanah). Untuk benih tomat mempunyai tipe perkecambahan epigeal. Selain
itu dalam pengujian viabilitas
benih, kita juga dapat mengetahui mana kecambah normal dan kecambah abnormal ataupun mati (tidak berkecambah/tidak tumbuh).
Untuk benih tomat,
kecambah normal
ditunjukkan dengan plumula
dan kotiledon
terangkat keatas, sedangkan yang tidak normal ditunjukkan dengan radikula yang terangkat ke atas dan
pemanjangan kesamping kotiledon dan plumula. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan persentase
kecambah normal untuk benih tomat yang muda masing-masing ulangan yaitu 76%,
96%, 40%, dan persentase benih mati yaitu 24%, 4%, 60%. Untuk benih tomat
matang persentase benih normalnya yaitu 84%, 98%, 92%, dan persentase benih
mati yaitu 16%, 2%, 8%. Sedangkan untuk benih kelewat matang persentase benih
normalnya yaitu 70%, 84%, 96%, serta benih matinya yaitu 30%, 16%, 6% sebanyak
tiga kali ulangan.
Sedangkan untuk
kecepatan berkecambah benih tomat didapatkan dari hasilpengamatan yaitu, untuk
benih tomat muda persentase kecepatan berkecambah masing-masing ulangan yaitu
76%, 96%, 40%. Untuk benih tomat matang didapatkan persentase kecepatan
berkecambah yaitu 84%, 98%, 92%, dan untuk benih tomat kelewat matang yaitu
70%, 84%, 96%. Perbedaan kecepatan berkecambah dari masing-masing benih dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor perkecambahan yaitu, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
berhubungan dengan kondisi benih yang dikecambahkan seperti 1) tingkat
kemasakan benih yaitu benih yang belum masak secara fisiologis belum memiliki
cadangan makanan yang cukup dan embrio belum sempurna, 2) ukuran benih, benih
yang berukuran besar diduga memiliki cadangan makanan lebih banyak dibandingkan
benih yang kecil, serta embrionya juga besar, 3) dormansi, serta 4) penghambat
perkeambahan. Sedangkan faktor eksternal lebih berkaitan dengan lingkungan
yaitu, air, oksigen, temperatur, cahaya, serta medium.
H. Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
1.
Produksi
benih tomat matang memeberikan hasil kecepatan yang lebih cepat dari pada tomat
muda dan tomat kelewat matang.
2.
Daya
kecambah benih dapat dipengaruhi oleh fak-faktor perkecambahan yaitu, faktor
internal (tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat
perkecambahan), dan faktor internal (air,
oksigen, temperatur, cahaya, dan medium).
DAFTAR PUSTAKA
Coppelad.1980.
Principles of Seed Science and Technology.Terjemahan.
Burgess Publ. co. Minneapolis, Minnesota.
Raka, dkk. 2012. Produksi Benih.
Gramedia. Jakarta.
Wartapa,A., Y. Effendi, Sukadi.
2009. Pengaturan jumlah cabang utama dan penjarangan
buah terhadap hasil dan mutu benih tomat varietas Kaliurang (Lycopersicum esculentunt Mill ).
Jumal Ilmu-ilmu Pertanian 5( 2) : 150-163.
Welles,
G. W. H. 1990. Pepper International
Agriculture. The Netherlands, Center Wageningen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar